PLUTKUMKMGIANYAR – Socrates, filsuf Yunani kuno yang hidup sekitar 470 SM hingga 399 SM, adalah salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Barat. Metode Socratic, yang merupakan teknik dialektis untuk menggali kebenaran melalui tanya jawab, telah membentuk dasar pendidikan dan pemikiran kritis selama berabad-abad. Meskipun Socrates tidak meninggalkan tulisan apa pun, ajarannya telah diabadikan oleh murid-muridnya seperti Plato dan Xenophon. Dari sini kita akan menggali lima kutipan bijak dari Socrates yang menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan dan etika.
1. “Kenali diri sendiri.”
Socrates sering dikaitkan dengan frase “Gnothi seauton” (Kenali diri sendiri), yang terukir di Kuil Apollo di Delphi. Ajaran ini menekankan pentingnya introspeksi dan pemahaman diri sebagai langkah pertama menuju kebijaksanaan. Menurut Socrates, hanya dengan mengenali kelemahan, kekuatan, dan motivasi kita, kita dapat hidup dengan penuh kejujuran dan menghindari kesombongan. Dalam konteks modern, ini bisa diterapkan pada praktik refleksi diri dan pengembangan pribadi, yang penting untuk pertumbuhan dan pemahaman.
2. “Kehidupan yang tidak diuji tidak layak dijalani.”
Socrates percaya bahwa tujuan hidup bukan hanya untuk hidup, tetapi untuk hidup dengan baik. Ini berarti bahwa untuk mencapai kehidupan yang memuaskan secara etis dan filosofis, seseorang harus terus-menerus mempertanyakan dan menilai tindakan mereka. Evaluasi diri yang konstan ini adalah kunci untuk memperbaiki diri dan menjalani kehidupan yang bermakna. Di zaman di mana kehidupan sering diukur oleh pencapaian eksternal, ajaran Socrates ini mengingatkan kita bahwa nilai kehidupan terletak dalam pencarian batin akan kebaikan dan keadilan.
3. “Saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa.”
Terkenal sebagai Socratic Paradox, pernyataan ini mencerminkan pandangan Socrates tentang kebijaksanaan. Di permukaan, ini mungkin tampak kontradiktif, namun esensinya adalah pengakuan bahwa menjadi bijak berarti sadar akan keterbatasan pengetahuan sendiri. Dalam dunia yang semakin kompleks, di mana informasi baru terus berkembang, mengakui bahwa kita tidak pernah sepenuhnya mengetahui adalah sikap yang membumi. Hal ini mendorong belajar seumur hidup dan keterbukaan terhadap perspektif lain.
4. “Seorang pria yang mencari kehormatan tidak boleh mencintai kehormatan.”
Socrates menekankan bahwa kehormatan tidak boleh dikejar sebagai tujuan akhir. Kebijaksanaan dan kebajikan adalah yang paling penting, dan kehormatan yang sejati datang dari mengejar dua hal ini, bukan kehormatan itu sendiri. Pesan ini relevan dengan gagasan bahwa kejarlah keunggulan, dan keberhasilan akan mengikuti. Dalam konteks hari ini, ini mengingatkan kita untuk fokus pada integritas dan keaslian daripada pengakuan luar.
5. “Pernikahan bisa membawa kebahagiaan atau membuatmu menjadi seorang filsuf.”
Dengan humor yang khas, Socrates mengakui bahwa pernikahan adalah institusi yang bisa menghasilkan kesenangan besar atau tantangan yang memaksa pertumbuhan pribadi dan pemahaman. Ini bukan hanya pengamatan tentang hubungan romantis, tetapi juga tentang bagaimana pengalaman hidup yang suka maupun duka dapat menjadi peluang untuk pembelajaran dan refleksi filosofis.
Pesan-pesan bijak Socrates tetap relevan hingga hari ini, mengajarkan kita nilai pemikiran kritis, kesadaran diri, dan kejujuran intelektual. Ajarannya mendorong kita untuk tidak pernah berhenti mempertanyakan, baik dunia di sekitar kita maupun kebenaran dalam diri kita sendiri. Dalam masyarakat yang sering kali menuntut kepastian dan kecepatan, filsafat Socrates mengingatkan kita tentang pentingnya kerendahan hati, pembelajaran yang berkelanjutan, dan keberanian untuk hidup dengan pertanyaan yang belum terjawab. Lewat refleksi atas kata-kata bijaknya, kita diajak untuk merenungkan dan mengejar kehidupan yang lebih berarti dan bermakna.