PLUTKUMKMGIANYAR – Hamas, sebuah nama yang berarti “gerakan perlawanan” dalam bahasa Arab, adalah sebuah organisasi politik dan militer Palestina yang memiliki peran penting dalam konflik Israel-Palestina. Organisasi ini didirikan pada tahun 1987, muncul dari intifada pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina. Artikel ini akan menyelidiki asal-usul Hamas, konteks historis pembentukannya, dan evolusi perannya dalam politik Palestina.
Hamas secara resmi didirikan pada tahun 1987, tetapi akarnya bisa ditelusuri kembali ke awal dekade 1970-an sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim), sebuah organisasi Islam transnasional yang didirikan di Mesir pada tahun 1928. Di bawah kepemimpinan Sheikh Ahmed Yassin, cabang ini mulai menawarkan layanan sosial, pendidikan, dan keagamaan kepada warga Palestina, sebagai upaya untuk membangun dukungan di tengah keadaan sosioekonomi yang sulit.
Pembentukan Hamas adalah tanggapan langsung terhadap keadaan politik dan sosial di wilayah Palestina. Pada pertengahan tahun 1980-an, ketidakpuasan terhadap pendudukan Israel dan ketidakmampuan faksi-faksi Palestina yang ada untuk mencapai kemajuan signifikan dalam perjuangan nasional meningkat. Intifada pertama, yang meletus pada tahun 1987, memberikan momentum bagi Hamas untuk mengukuhkan posisinya sebagai kekuatan perlawanan baru.
Manifesto Hamas yang dirilis pada tahun 1988 menegaskan komitmen organisasi terhadap Islam sebagai kerangka kerja untuk kehidupan politik, sosial, dan ekonomi Palestina, serta pembebasan Palestina dari pendudukan Israel. Organisasi ini menolak pengakuan negara Israel dan menyerukan pembentukan negara Palestina yang meliputi wilayah Israel saat ini bersama dengan Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Sejak awal, Hamas mengembangkan dua cabang utama satu yang fokus pada karya-karya sosial dan politik, dan yang lainnya adalah sayap militer, yang dikenal sebagai Brigade Izz al-Din al-Qassam. Hamas dengan cepat menjadi terkenal karena serangan-serangan terhadap target Israel, termasuk serangan bunuh diri yang meningkat selama intifada kedua pada awal tahun 2000-an.
Respon Israel terhadap aktivitas Hamas termasuk tindakan militer yang luas serta pemblokiran ekonomi terhadap Jalur Gaza, yang telah secara signifikan dikendalikan oleh Hamas sejak tahun 2007. Komunitas internasional secara luas terpecah dalam pandangan mereka terhadap Hamas. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris, sementara negara-negara lain melihat mereka sebagai perwakilan sah dari aspirasi rakyat Palestina.
Seiring waktu, Hamas telah mengalami evolusi politik dari gerakan perlawanan militan menjadi partai yang mengambil bagian dalam politik Palestina dengan cara yang lebih konvensional. Pada tahun 2006, Hamas mengejutkan banyak pengamat internasional dengan kemenangan mereka dalam pemilihan legislatif Palestina, yang menandai transisi penting dari aktivisme militan ke keterlibatan politik formal.
Di wilayah yang dikendalikan oleh Hamas, organisasi ini telah memainkan peran penting dalam menyediakan layanan sosial, pendidikan, dan kesehatan, seringkali mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pemerintah yang tidak efektif. Meskipun ini telah meningkatkan dukungan popular di kalangan warga Palestina, pendekatan Hamas yang keras terhadap Israel dan penolakannya untuk mengakui negara tersebut telah menyebabkan peningkatan isolasi dan kesulitan ekonomi bagi warga Gaza.
Hamas telah berkembang dari akar gerakan perlawanan menjadi pemain politik utama di Palestina. Sementara organisasi ini telah memperoleh dukungan substansial di kalangan warga Palestina untuk pendekatan mereka terhadap perlawanan dan penyediaan layanan sosial, tindakan mereka juga telah menyebabkan konsekuensi internasional yang signifikan dan menyulitkan situasi di wilayah tersebut. Sejarah dan evolusi Hamas mencerminkan kompleksitas dan ketegangan dalam konflik Israel-Palestina, yang terus mempengaruhi dinamika politik regional dan internasional hingga hari ini.