/Singgung Perang Israel, Paus Fransiskus Serukan Perdamaian Di Misa Natal
https://plutkumkmgianyar.com/

Singgung Perang Israel, Paus Fransiskus Serukan Perdamaian Di Misa Natal

PLUTKUMKMGIANYAR – Diketahui, Paus Fransiskus, SJ, yang bernama lahir Jorge Mario Bergoglio, adalah Paus Gereja Katolik ke-266 yang terpilih pada hari kedua Konklaf Kepausan 2013 pada tanggal 13 Maret 2013. Sebelumnya, dirinya adalah Uskup Agung dari Buenos Aires, Argentina.

Paus Fransiskus menemukan panggilannya untuk menjadi imam ketika dia sedang dalam perjalanan untuk merayakan Hari Musim Semi. Dirinya melewati sebuah gereja untuk mengaku dosa yang diilhami oleh seorang pastor. Fransiskus berlajar di seminari keuskupan agung, dan saat ini berhasil menjadi seorang paus dari seluruh umat Katolik di dunia.

Menurut kitab Hukum Kanonik, seorang laki-laki yang telah dibaptis yang sah dinobatkan sebagai paus. Dapat disimpulkan bahwa hanya ada dua aturan atau syarat utama menjadi paus, yakni seorang laki-laki dan umat Katolik yang telah dibaptis.

Tugas dari paus diketahui adalah sebagai pemimpin gereja Katolik di seluruh dunia. Pemerintahan dari seorang paus disebut dengan kepausan dan pontifikat. Pada zaman kuno, para paus turut membantu menyebarkan kekristenan dan penyelesaian berbagai permasalahan doktrinal.

Saat ini, tepatnya pada Senin (25/12/2023), Paus Fransiskus memulai perayaan Natal global dengan seruan perdamaian. Hal tersebut disampaikan ketika perang Israel terhadap Hamas dan invasi Rusia terhadap Ukraina membayangi salah satu hari libur favorit dunia.

Paus Fransiskus pada misa Malam Natalnya mengaku memikirkan warga sipil yang menderita akibat perang yang kejam tersebut.

“Memikirkan orang-orang yang menderita akibat perang, kami memikirkan Palestina, Israel, dan Ukraina.” Ucap Paus sembari memberikan nada yang murah dalam misa Malam Natalnya.

“Malam ini, hati kita berada di Betlehem, dimana Pangeran Perdamaian sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia oleh bentrokan senjata yang bahkan hingga saat ini menghalangi dia untuk mendapatkan ruang di dunia.” Lanjutnya.

Kota Bethlehem yang diketahui berada di Tepi Barat yang diduduki oleh tempat umat Kristen percaya bahwa Yesus Kristus dilahirkan di sebuah kandang lebih dari 2.000 tahun yang lalu, secara efektif membatalkan perayaan Natal tahunan yang biasanya menarik ribuan wisatawan.

Kota ini tidak lagi menggunakan pohon Natal raksasa, marching band yang semarak, dan hanya memilih beberapa lampu yang meriah. Di pusat kota juga terlihat bendera Palestina berukuran besar telah dikabarkan dengan spanduk bertuliskan ‘Lonceng Betlehem berbunyi untuk gencatan senjata di Gaza’.

“Banyak orang yant mati demi tanah kelahiran mereka. Sangat sulit untuk merayakannya ketika rakyat kita sedang sekarat. Ucap seorang siswa berusia 18 tahun, Nicole Najjar.

Patriartik Latin Yerusalem, Pierbeattista Pizzaballa, mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya berdoa untuk adanya gencatan senjata, tetapi untuk menghentikan permusuhan tersebut.

“Kami disini untuk berdoa dan meminta tidak hanya gencatan senjata, gencatan senjata saja tidak cukup, kami harus menghentikan permusuhan ini dan membalik halaman karena kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan.” Ucap Pizzaballa.

Sementara itu, Suster Nabila Salah dari Gereja Suci Katolik di Gaza menurut Patriarkat Latin Yerusalem, mengatakan kepada AFP ‘semua perayaan natal telah dibatalkan’. Diketahui gereja tersebut merupakan tempat dua wanita Kristen dibunuh oleh penembak jitu Israel pada awal bulan ini.

Serangan dari Hamas pada 7 Oktober sebelumnya diketahui telah menyebabkan 1.140 orang tewas di Israel, sebagian besar dari mereka merupakan warga sipil. Sementara 250 orang disandera militan Palestina, 129 di antaranya, menurut Israel, masih berada di Gaza.

Israel juga telah membalas dengan pengeboman berkelanjutan dan invansi darat ke Gaza. Sebanyak 20.424 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut jumlah korban terbaru dari kementrian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.