PLUTKUMKMGIANYAR – Ditengah tengah tekanan akibat hawa politik yang memanas dan sedang banyak di perbincangkan, Nilai tukar rupiah makin babak belur dalam melawan dolar Amerika Serikat (USD), posisinya hampir mendekati level psikologis yaitu Rp16.000/US$ yang dipastikan akan berdampak pada ekonomi di waktu yang akan datang.
Melansir dari data yang ada bahwa rupiah ditutup di angka Rp15.930/US$ atau melemah sebesar 0,38% pada Senin (23/10/2023). Penutupan kemarin menjadi yang terlemah semenjak 3,5 tahun terakhir dan masih melanjutkan koreksi selama empat hari beruntun. Perlemahan selama sebulan terakhir ini terbilang sangat cepat, awal Oktober rupiah masih berkisar di level Rp15.400/US$, kemudian kurang dari sebulan sudah mendekati Rp16.000/US$.
Perlemahan rupiah di akibatkan oleh faktor eksternal yang meningkat dikala era suku bunga tinggi yang potensi bisa lebih dari perkiraan di tambah konflik berkepanjangan regional Timur Tengah yang semakin meluas. Dikarenakan hal tersebut, banyak sekali para pengusaha yang terkena dampak kerugian dari pelemahan rupiah. Contohnya pengusaha susu yang mendapatkan 80% kebutuhan pembuatan susu di Indonesia masih diimpor di luar negeri. Namun ada pula pengusaha yang di berikan keuntungan dari kejadian tersebut. Pengusaha yang bergerak di bidang kerajinan dan furnitur memiliki keuntungan lebih tinggi karena mengolah bahan seperti rotan dan kayu dari alam Indonesia dan kemudian dijual ke luar negeri.
