plutkumkmgianyar.com – Hubungan antara mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, telah menjadi salah satu cerita paling menarik dalam politik internasional modern. Dari pertemuan bersejarah hingga perundingan yang gagal, hubungan ini telah mengalami pasang surut yang signifikan. Artikel ini akan membahas kelanjutan hubungan Trump dan Kim Jong Un di periode terbaru, dengan fokus pada perkembangan terkini dan implikasinya bagi kedua negara dan dunia.
Hubungan antara Trump dan Kim Jong Un dimulai dengan nada yang sangat tinggi. Pada Juni 2018, kedua pemimpin bertemu di Singapura dalam pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pertemuan ini menandai pertama kalinya seorang presiden AS bertemu dengan pemimpin Korea Utara. Dalam pertemuan ini, kedua pemimpin menandatangani pernyataan bersama yang berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi Semenanjung Korea dan meningkatkan hubungan bilateral.
Setelah pertemuan di Singapura, Trump dan Kim Jong Un melanjutkan perundingan dengan pertemuan kedua di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. Namun, pertemuan ini berakhir tanpa kesepakatan karena perbedaan pendapat mengenai pencabutan sanksi dan denuklirisasi. Trump menyatakan bahwa dia meninggalkan pertemuan karena tuntutan Kim yang dianggapnya terlalu tinggi, sementara Kim mengklaim bahwa dia hanya meminta pencabutan sebagian sanksi sebagai tanda niat baik.
Selama masa kepresidenannya, Trump dan Kim Jong Un bertukar 27 surat pribadi, yang sering kali disebut sebagai “surat cinta” oleh Trump. Surat-surat ini menunjukkan upaya untuk membangun hubungan pribadi antara kedua pemimpin, meskipun isinya sering kali dipenuhi dengan pujian dan taktik psikologis. Surat-surat ini juga menunjukkan bahwa kedua pemimpin berusaha untuk mengatasi ketidakpercayaan dan ketegangan yang telah berlangsung selama beberapa dekade antara Amerika Serikat dan Korea Utara.
Dengan pemilu 2024 yang akan datang, hubungan antara Trump dan Kim Jong Un kembali menjadi sorotan. Trump telah menyatakan bahwa dia akan mencoba untuk menghubungi Kim lagi jika dia terpilih kembali. Dia menggambarkan Kim sebagai “orang yang pintar” dan mengatakan bahwa dia memiliki hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara tersebut26. Sementara itu, Kim Jong Un juga diyakini ingin melanjutkan perundingan nuklir jika Trump kembali ke Gedung Putih, karena dia melihat Trump sebagai mitra yang dapat diajak bernegosiasi.
Hubungan antara Trump dan Kim Jong Un adalah contoh unik dari diplomasi pribadi yang berdampak besar pada hubungan internasional. Meskipun pertemuan mereka tidak menghasilkan kesepakatan yang konkret, mereka berhasil mengurangi ketegangan dan membuka jalur komunikasi antara kedua negara. Namun, tantangan tetap ada, terutama mengenai denuklirisasi dan pencabutan sanksi.
Masa depan hubungan ini akan sangat bergantung pada hasil pemilu 2024 dan kemauan kedua pemimpin untuk melanjutkan dialog. Jika Trump terpilih kembali, kemungkinan besar akan ada upaya baru untuk melanjutkan perundingan. Namun, jika pemimpin baru terpilih, pendekatan terhadap Korea Utara mungkin akan berubah secara signifikan.
Dalam konteks yang lebih luas, hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Utara akan terus menjadi faktor penting dalam stabilitas Semenanjung Korea dan keamanan global. Oleh karena itu, penting bagi kedua negara untuk menemukan cara untuk bekerja sama dan mengatasi perbedaan mereka demi mencapai perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan.